Selasa, 16 Agustus 2011

EVALUASI DALAM PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL

PENDAHULUAN
Evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses pemberian pelayanan sosial, baik yang diselenggarakan di dalam lembaga kesejahteraan sosial maupun di dalam masyarakat. Dengan adanya evaluasi, maka akan diketahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi program pelayanan sosial yang diberikan. Evaluasi adalah mengukur berhasil tidaknya program yang dilaksanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta bagaimana tindak lanjutnya. Kegiatan evaluasi senantiasa didasarkan atas hasil dari monitoring (Marjuki dan Suharto, 1996). Evaluasi adalah pemantauan suatu kegiatan program pelayanan sosial yang dilakukan pada saat tersebut telah berakhir atau dilakukan sekurang-kurangnya program tersebut telah berjalan beberapa saat (misalnya tiga bulan, satu semester atau enam bulan, satu tahun).

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
Hal yang paling mendasar dalam melakukan evaluasi adalah mengetahui terlebih dahulu kegiatan dan objek apa saja yang dapat dijadikan bahan atau sasaran evaluasi. Menurut Owen dan Rogers (1999) ada 5 objek atau sasaran yang dapat dijadikan bahan evaluasi:
a.     Program. Program adalah seperangkat aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mencapai suatu perubahan tertentu terhadap kelompok sasaran tertentu.
b.    Kebijakan. Kebijakan adalah ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu (Suharto, 1997:108).
c.     Organisasi. Organisasi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan, departemen pemerintahan atau lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh organisasi.
d.    Produk atau hasil. Produk adalah keluaran atau output yang dihasilkan dari suatu proses kegiatan tertentu. Misalnya, buku atau pedoman pelatihan, barang-barang, makanan, sapi atau kambing yang berikan kepada klien dalam suatu pelayanan sosial.
e.     Individu. Individu yang dimaksud dalam hal ini adalah orang atau manusia yang ada dalam suatu organisasi atau masyarakat. Umumnya, evaluasi terhadap individu difokuskan kepada kemampuan atau performance yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam organisasi atau masyarakat.

Senin, 15 Agustus 2011

Teori Konsep Diri


Teori Konsep diri

Carl Rogers : Psikolog Aliran Humanisme

Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide - ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori - teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah - masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. 
Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak - kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda - beda tergantung pada pengalaman - pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.

Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

1. Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.

2. Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.

3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan - paksaan atau rintangan - rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.

5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri - ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.



Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata - mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.

Selain itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.

Rogers juga mengabaikan aspek - aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.

Teori Rogers ini memang sangat populer dengan masyarakat Amerika yang memiliki karakteristik optimistik dan independen karena Rogers memandang bahwa pada dasarnya manusia itu baik, konstruktif dan akan selalu memiliki orientasi ke depan yang positip. Pertanyaannya yaitu : Apakah teori ini juga akan sama efektifnya jika diaplikasikan pada masyarakat dengan budaya, dan struktur sosial serta sistem kemasyarakatan yang berbeda dengan Amerika?

Sumber Referensi:
Schultz, Duane. Psikologi Pertumbuhan: Model - Model Kepribadian Sehat. Jogjakarta: Kanisius, 1991.

PEMBERDAYAAN MANUSIA, KELUARGA DAN MASYARAKAT

Oleh: Drs. Dwi Sumartono, M.Si.
Disampaikan pada Diklat Pendamping Orang Tua Anak Jalanan


A.    PEMBERDYAAN MANUSIA
Siapa manusia
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berkembang dengan orang lain secara naluriah. Hubungan antar manusia adalah interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat, dilakukan kapan dan dimana saja untuk memperoleh saling pengertian dan juga bukan hanya sekedar relasi atau hubungan biasa, melainkan suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang lebih baik dan lebih memuaskan. Interaksi manusia di segala bidang adalah hubungan antar manusia yang menunjukkan bagaimana manusia, baik secara perorangan maupun kelompok, berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Dalam kehidupan keluarga, anggota keluarga dipandang sebagai individu yang saling mempengaruhi. Manusia / anggota keluarga yang bagaimana yang diperlukan oleh keluarga, sehingga mempunyai pengaruh positif terhadap keluarga. Manusia yang sehat, dimana mereka dapat terpenuhi / memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari sebagai manusia. Selain itu manusia sehat adalah sehat secara mental dan sosial.

Apa yang menjadi kebutuhan manusia ?
Dalam kehidupannya, manusia akan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Menurut Maslow, ada 5 kebutuhan yang mendasar bagi manusia, yaitu
1.    Kebutuhan Fisik, merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu bertahan untuk hidup yang meliputi kebutuhan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan biologis lainnya.
2.    Kebutuhan untuk memperoleh keamanan atau keselamatan, kebutuhan manusia untuk bebas dari bahaya, kesehatan, memperoleh ketenangan batin, dli.
3.    Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan untuk diterima menjadi anggota /  kelompok / masyarakat.
4.    Kebutuhan untuk dihargai, adalah kebutuhan memperoleh reputasi dan dihormati, memperoleh penghargaan dan pengakuan atas kedudukannya.
5.    Kebutuhan perwujudan diri, adalah suatu proses perkembangan diri seseorang, sehingga mampu untuk menyadari dirinya dan potensi-potensi yang ada serta mampu menguasai dirinya, kreatif dan memiliki prestasi yang dibanggakan.

Sabtu, 13 Agustus 2011

Memahami Diri dan Lingkungan


MEMAHAMI DIRI DAN LINGKUNGAN

Konsep diri yang positif ditandai dengan Sikap Asertif, yaitu sikap seseorang yang penuh percaya diri, mempunyai keyakinan yang kuat akan tindakan dan mampu menyatakan perasaan terhadap orang lain, tanpa mengurangi atau mengganggu hak orang lain.

CIRI SIKAP ASERTIF
1.     Perasaan puas dan lega setelah dapat mengeluarkan pendapat, perasaan tanpa menyakiti perasaan diri sendiri atau menyinggung orang lain dalam prosesnya.
2.     Perasaan tidak bersalah dalam menolak suatu permintaan.
3.     Kemandirian dalam menetapkan urutan prioritas kepentingannya.
4.     Merasa marah dan menyatakan kemarahannya.
5.     Mengambil keputusan bagi dirinya sendiri.
6.     Mengaharapkan pendapatnya dihormati.
7.     Merasa dirinya mampu dan dewasa tidak diperlakukan seperti anak-anak.
8.     Menyampaikan kepada orang lain apa yang dibutuhkan.

 

PEMAHAMAN TERHADAP KARAKTER KLIEN

1.     Kondisi fisik:
a.      Penampilan postur tubuh klien.
b.     Kondisi kesehatan klien.
c.      Kebiasaan hidup / perilaku sehari-hari klien.
2.     Kondisi intelektual:
a.      Kemampuan mengingat.
b.     Gaya berpikir, tingkat fleksibilitas dan kreatifitas.
3.     Ekspresi emosional:
a.      Temperamen
b.     Karakteristik bawaan.
c.      Kemampuan beremphati (merasakan penderitaan orang lain).
d.     Pengendalian diri.
e.      Pola reaksi emosional.
4.     Kondisi sosial:
a.      Pola relasi interpersonal (antar individu).
b.     Mengidentifikasi peran sosial yang harus dimainkan sesuai dengan status yang disandangnya.
c.      Mengidentifikasi keberhasilan, kegagalan, dan puas / tidak untuk setiap peran yang dimainkan.
d.     Mengidentifikasi sistem sumber yang ada.
e.      Kemampuan dalam pemecahan masalah:
1)   Ketabahan / kesabaran untuk selalu berupaya.
2)   Panjang / banyaknya akal.
3)   Mudah menyesuaikan diri, bekerjasama dengan pihak lain dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
4)   Bentuk pertahanan diri.
5)   Peran pemecahan masalah utama: pemimpin aksi, pengikut, harmonis.

PEMAHAMAN LINGKUNGAN SOSIAL

1.     Karakteristik ekologis
a.      Kondisi fisik rumah dan lingkungan klien.
b.     Pengaruh lingkungan secara fisik tersebut terhadap klien.
2.     Identifikasi informasi tentang kelompok
a.      Jenis kegiatan kelompok.
b.     Ukuran / besarnya wilayah kerja kelompok tersebut.
c.      Pengaruh kelompok tersebut terhadap para anggotanya.
d.     Sejarah perkembangan kelompok.
e.      Misi kelompok / organisasi.

 

PERNYATAAN MASALAH

Masalah adalah suatu kesenjangan antara kenyataan dengan harapan, atau bisa juga dikatakan masalah itu sebagai situasi yang dinilai tidak mengenakan (Max Siporin).


PENYEBAB MUNCULNYA MASALAH
Faktor dalam diri manusia itu sendiri, yaitu;
(a) Ketidaktahuan tentang cara-cara memecahkan masalah,
(b)Tidak memiliki sarana / sumber, dan
(c) Tidak terlatih dalam kebiasaan tertentu;
Faktor di luar diri manusia, yaitu;
(a) Tidak adanya kesempatan yang diberikan oleh lingkungan,
(b)Lingkungan yang tidak dapat memberikan sumber, dan
(c) Berlawanan dengan aspirasi / harapan dari lingkungan.

INDENTIFIKASI MASALAH
1.     Menggambarkan tentang sifat-sifat kesulitan dalam keberfungsian sosial secara langsung dan obyektif, yang mencakup:
a)    Melihat siapa yang melakukan (individu atau kelompok).
b)    Melihat apa maksud dan tujuan melakukannnya.
c)     Melihat dampak apa yang akan segera muncul.
d)   Sadar atau tidak bahwa apa yang dilakukannya berdampak negatif.
e)    Lama dan seringnya perbuatan tersebut dilakukan.
f)      Perbuatan tersebut dilakukan dalam kontek situasiasional ataukah dalam kemungkinan situasi yang diperkuat (kebiasaan terus menerus dilakukan dan membawa kenikmatan / kepuasan).
g)    Upaya untuk memecahkannya.
2.     Mengidentifikasi fakta sejarah / kronologi (asal mula terjadinya masalah dengan berbagai faktor penyebabnya).
3.     Menggambarkan siapa yang tidak atau dapat mentoleransi atas tindakan yang negatif tersebut.
4.     Mengidentifikasi tentang keberdaaan permasalahan lain (masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, hukum dan sebagainya).
5.     Menidentifikasi upaya pemecahan masalah sebelumnya.

DIAGNOSA

1.     Evaluasi masalah (pohon masalah):
a.      Menjelaskan apa masalahnya, bagaimana ciri-ciri masalah tersebut, seberapa luas ruang lingkup masalah tersebut.
b.     Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab masalah.
c.      Memberikan tingkatan tentang berat ringannya dampak masalah.
2.     Rumusan diagnosa yang membahas hubungan antara masalah, orang, dan situasi, serta dampaknya terhadap individu / masyarakat dan lingkungan alam.
3.     Evaluasi terhadap sistem sumber yang ada dan bisa dimanfaatkan.

LANGKAH-LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
1.     Tujuan pemecahan masalah
2.     Strategi pemecahan masalah:
a.      Identifikasi hasil evaluasi kegiatan pemecahan masalah sebelumnya.
b.     Identifikasi alternatif pemecahan
c.      Identifikasi prioritas alternatif pemecahan.
d.     Pemilihan teknik pendekatan.
3.     Menentukan orang-orang yang akan terlibat / yang akan melaksanakan rencana tersebut.
4.     Menentukan peran dan tugas masing-masing system sumber maupun orang-orang yang dapat dilibatkan dalam upaya pemecahan masalah.
5.     Memprediksikan (memperkirakan) hasil yang akan dicapai.

sumber : file document cucu syamsudin, dosen kesejahteraan sosial fisip unib